Masalah anak disabilitas merupakan tanggung jawab kita semua. Artinya, sisi kemanusiaan kita harus bangkit dan tergerak supaya bersedia untuk memanusiakan mereka yang dianggap “tidak biasa” tersebut. Termasuk untuk memberikan motivasi-motivasi kehidupan supaya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bisa menjalani hidupnya dengan nyaman.
Akan tetapi, niat mulia ini tidak akan pernah terlaksana, kalau kita tidak pernah tahu apa masalah yang mendera kaum disabilitas. Nah, terkait dengan hal tersebut, maka di artikel ini akan dicoba diulas tentang problematika anak disabilitas yang perlu diketahui oleh pembaca. Ini masalah yang dimaksud:
1. Mendapatkan Antipati Dunia Pendidikan
Salah satu masalah yang cukup laten yang menimpa anak disabilitas ialah mendapatkan antipati dunia pendidikan. Bahkan, tidak jarang sekolah berani menolak anak semacam ini seakan mereka tidak membutuhkan pendidikan yang layak. Sedangkan keberadaan sekolah khusus tentunya sangat terbatas dibandingkan jumlah siswa ABK yang ada.
Harusnya sekolah mulai mempraktikkan pendidikan inklusi. Paling tidak harus ada guru khusus di setiap sekolah sehingga tidak ada lagi penolakan siswa semacam ini. Sejatinya, program inklusi sudah direncanakan sejak lama tetapi ternyata masih banyak sekolah yang belum mampu untuk menjalankannya.
Pemerintah juga harus mensosialisasikan pentingnya pendidikan inklusi dan kampus jurusan PLB. Karena output dari pendidikan inilah yang bisa memberikan udara segar pendidikan kepada seluruh anak abnormalitas di Indonesia. Untung jika karena dengannya, mereka bisa mendapatkan pendidikan yang memang layak dan berkualitas.
2. Mendapatkan Pandangan Negatif di dalam Pergaulan
Tidak bisa dibantahkan lagi kalau anak berkebutuhan khusus atau anak ABK kadang mendapatkan pandangan negatif dari pergaulan. Salah satunya masih banyaknya anak yang mem-bully temannya yang berkebutuhan khusus. Bahkan orang tua pun kadang ikut melontarkan kata yang tidak pantas hingga ada yang memperlakukannya dengan kasar.
Karena peristiwa semacam ini maka anak berkebutuhan khusus pun tumbuh sebagai pribadi kuper, penyendiri serta senantiasa menanam perasaan curiga kepada orang lain. Seharusnya, anak semacam ini diterima secara baik di dalam pergaulan karena mereka sejatinya juga manusia dan memiliki citra kemanusiaan.
3. Interaksi Sosialnya Terbatas
Karena sudah merasa tidak diterima di dalam pergaulan maka ABK akan memiliki interaksi sosial yang terbatas. Paling banter, mereka hanya bergaul dengan keluarga dan kerabatnya saja. Yang paling ironisnya ialah, kalau ada keluarga dan kerabat juga membatasi hubungan interaksi yang harusnya harmonis tersebut.
Jika hubungan sosial ABK sudah terbatas, tentu tidak bisa lagi diharapkan dari mentalnya. Mereka pun akan kesulitan untuk menumbuh kembangkan mental dan bakatnya karena tidak ada sosok yang menjadi pendukungnya. Alhasil, mereka tidak bisa mandiri dan hanya bisa bergantung pada orang tuanya saja.
4. Selalu Memandang Curiga Orang Lain
Masalah anak disabilitas yang berikutnya ialah selalu memandang curiga pada orang lain. Karena bagi mereka, apapun yang dilakukan orang lain hanya sebatas untuk merendahkan saja. Sekalipun ada rasa keikhlasan yang tinggi dibalik bantuan tersebut. Ini juga masalah yang tidak bisa diremehkan.
Harusnya keluarga dan masyarakat harus meyakinkan anak ABK kalau mereka sejatinya tidak bersendirian. Masih banyak orang yang sejatinya peduli dan siap untuk membantunya dengan sepenuh hati. Harapannya biar kecurigaan mereka yang berlebihan bisa sirna menjadi hubungan sosial yang bagus.
5. Dipenuhi Pikiran dan Mental Negatif
Anak disabilitas yang dibesarkan di lingkungan yang tidak memihak, maka otomatis mental dan pikirannya akan dipenuhi dengan persepsi negatif. Ini tidak hanya dihasilkan dari lingkungan yang memang kurang tepat baginya atau karena anggapan si anak sendiri yang selalu meratapi nasibnya.
Nah, untuk anak disabilitas yang semacam ini, memang harus ditanamkan perasaan terbuka kepada orang lain terutama kepada keluarga. Orang tua, kerabat dan masyarakat pun harus membuka diri kepadanya dengan mengajaknya bergaul, diundang setiap ada kenduri, diminta pandangannya tentang sesuatu hal dan selainnya.
6. Rasa Malu dan Kepekaan yang Tinggi
Anak abnormalitas biasanya memiliki rasa malu yang besar bahkan kepekaannya juga semakin tinggi. Sekali saja rasa malunya disentuh, maka mereka akan langsung menyingkir dari pergaulan. Makanya orang yang berada di sekitar mereka harus menjaga dua mental ini supaya tidak muncul ke permukaan.
Rasa malu dan kepekaan tinggi bagi masyarakat yang normal mungkin tidak masalah bahkan bagus untuk menjaga dirinya di dalam pergaulan. Tetapi anak berkebutuhan khusus efeknya akan sangat berlebihan. Bahkan mereka tidak akan lagi empati dan simpati dengan kehidupan yang dijalaninya.
7. Maju dan Berkembang Sendiri
Tidak sedikit kalangan berkebutuhan khusus yang nantinya bisa sukses karena usahanya yang keras. Dan tidak dipungkiri, kesuksesan ini kadang dilahirkan atas usahanya sendiri di tengah masyarakat yang kurang simpati kepadanya. Tentunya ini juga masalah karena masyarakat seakan menjauhi orang tersebut.
Untuk itu, jika ada anak maupun orang dewasa disabilitas yang sedang merintis usaha menuju kesuksesan, maka jangan dibiarkan sendirian. Tawarkan bantuan kepadanya sebagai bentuk adanya perasaan simpati dari orang lain. Akhirnya, mereka pun bisa menjalani segala rencana dengan lebih nyaman, senang bahkan gembira.
Paling tidak harus ada apresiasi yang besar atas hasil yang sudah dicapai. Ini yang akan mendorong kalangan disabilitas untuk berusaha lebih giat lagi. Bukan tidak mungkin mereka akan melupakan kelemahan dan akan menggantinya dengan kelebihan yang positif.
Masalah anak disabilitas di atas seharusnya tidak lagi terjadi. Dan ini bukan tugas guru ABK saja tetapi seluruh praktisi pendidikan, pemerintah dan masyarakat secara umum untuk bahu membahu menghilangkan sekat sosial tersebut. Dan perlu diketahui, sekalipun berkebutuhan khusus, mereka tetap manusia yang harus dimanusiakan.
Discussion about this post