Ada banyak penyebab hubungan menantu dengan mertua tidak harmonis yang masih sering terjadi. Dan ini akan menjadi masalah yang besar jika tidak segera ditangani secepatnya. Bahkan juga berpotensi membuat rusaknya mahligai yang sudah terbina dalam waktu yang cukup lama. Maka dari itu, waspadalah dengan penyebab-penyebab ini.
Perlu diketahui, ketika dua insan sudah diikat oleh tali pernikahan, maka sejatinya yang bersatu bukan keduanya saja tetapi juga dua keluarga. Bahkan tidak sedikit pasangan menikah yang masih juga tinggal seatap dengan orang tua. Nah, kadang dari sinilah lahir konflik yang membuat hubungan tidak lagi harmonis. Berikut penyebab-penyebab yang lain:
1. Dua Kepribadian yang Berbeda
Sejatinya di dalam mahligai terdapat dua kepribadian yang berbeda dan mencoba disatukan melalui ikatan pernikahan. Namun lumrahnya keduanya sudah sama tahu kepribadian masing-masing, sehingga bisa dan mampu mengendalikan diri setiap terjadi masalah. Apalagi jika keduanya memiliki sifat toleran dan saling pengertian.
Yang risiko ialah, ketika sudah menikah tetapi masih tinggal bersama orang tua. Alhasil, ada dua lagi kepribadian di dalam mahligai tersebut yang jika terjadi perbedaan pasti sulit disatukan. Karena yang namanya orang tua kadang masih menganggap dirinya lebih berpengalaman sehingga layak mengatur yang muda yaitu menantu. Dari sinilah konflik akan mulai muncul.
2. Mertua Posesif
Orang yang masih beranggapan kalau anaknya belum dewasa maka otomatis akan memiliki tipikal posesif yang berlebihan. Ini sangat berisiko kalau anaknya sudah menikah karena si menantu akan tersinggung dan sulit membawa diri. Ini akan terlihat jika di keluarga ada konflik, pasti orang tua akan selalu membela anaknya dan menyalahkan si menantu.
Ini juga penyebab masalah hubungan antara menantu dengan mertua tidak lagi harmonis. Bahkan ini termasuk catatan yang membuat menantu selalu berencana untuk membangun rumah baru yang hanya ditinggali berdua saja. Harusnya, orang tua sadar kalau anak sudah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri beserta sudah layak untuk memecahkan masalah sendiri.
Orang tua tidak boleh ikut campur terlalu dalam ke keluarga anaknya. Karena sejatinya mereka bukan anak-anak lagi. Begitu juga ketika ada yang tidak disenangi dari menantu, maka jangan ditegur sendiri melainkan sampaikan saja kepada anaknya. Ini lebih baik dan lebih bijaksana.
3. Masih Tinggal Serumah
Tentu yang menjadi penyebab utama konflik antara menantu dengan mertua adalah karena dua keluarga ini masih tinggal dalam satu rumah. Dan sekecil apapun, kalau konsep berumah tangga semacam ini masih dilakukan, tentu konflik pasti terjadi. Bukan tidak mungkin, konflik ini juga yang menjadi penyebab kerusakan mahligai.
Maka dari itu, jika sudah berumah tangga lebih baik tinggal berdua di rumah sendiri. Namun tidak juga harus meninggalkan orang tua melainkan tetap melakukan perawatan. Makanya, jangan pilih rumah baru yang jauh tetapi yang berdekatan karena yang terpenting tidak tinggal dalam satu atap. Toh ini juga demi kemandirian di dalam berumah tangga.
4. Gaya Hidup yang Berbeda
Masalah yang menjadi penyebab hubungan menantu dengan mertua tidak harmonis yang berikutnya ialah ada gaya hidup yang berbeda. Seperti, menantu yang hobi belanja sedangkan mertuanya suka dengan kesederhanaan. Tentunya ini bisa menjadi konflik yang besar yang dimulai dari teguran verbal.
Maka dari itu, sebelum menikah pelajari dulu gaya hidup dari keluarga pasangan. Kalau memang tidak sesuai lebih baik tidak tinggal dalam satu rumah. Tidak juga mencoba untuk menasehati mertua karena bisa berakibat pada ketersinggungan. Artinya, bijaklah ketika memilih pasangan dengan cara juga mengenali keluarganya.
5. Mertua Ikut Campur Problematika Keluarga
Setiap orang tua tentunya masih ingin tetap dilibatkan di dalam rumah tangga anaknya. Akan tetapi, tidak juga berlebihan dalam artian setiap problematika keluarga anaknya harus dicampuri. Ini akan membuat risih menantu bahkan akan membuat dirinya tidak betah untuk tinggal lagi dengan mertuanya.
Di sinilah dibutuhkan kebijaksanaan orang tua yang memiliki anak yang sudah menikah. Tetapi tidak juga membiarkannya menyelesaikan masalah keluarganya seorang diri. Artinya, kalau memang diminta untuk membantu, maka silakan dibantu semampunya. Apalagi kalau keluarga anak sedang dirundung konflik yang cukup besar.
6. Sikap Menantu yang Buruk
Menantu yang baik adalah menantu yang memiliki pembawaan diri positif, terutama yang masih tinggal dengan orang tua pasangan atau mertua. Pembawaan diri yang dimaksud ialah selalu bersikap baik, rajin membantu orang tua, suka membersihkan rumah, tidak membantah suami dan selainnya.
Menantu yang memiliki tipikal buruk tentu akan menjadi sasaran teguran dari mertua. Apalagi yang masih tinggal satu atap. Kalau sudah seperti ini, tentu si menantu harus sadar diri bukan justru membantah mertua. Kalau yang terjadi adalah perlawanan tentu konflik akan meluas dan akan memicu terjadinya konflik yang lebih besar.
7. Menantu Kurang Pengertian
Hubungan tidak harmonis antara menantu dengan mertua kadang juga dikarenakan oleh si menantu sendiri yang kurang pengertian. Seperti tidak mau membantu mertua membersihkan rumah, bangun kesiangan padahal seluruh keluarga sudah bangun, malas untuk bekerja dan selainnya.
Nah, untuk penyebab ini, tentunya si menantu harus introspeksi diri. Jangankan tinggal seatap, menantu yang pisah rumah pun harus senantiasa pengertian dengan sang mertua. Seperti rajin berbagi makanan, menyediakan kebutuhannya selagi mampu serta harus hormat dan menyayangi.
Penyebab hubungan menantu dengan mertua tidak harmonis di atas harus diperhatikan sungguh-sungguh. Dan juga harus dipahami bahkan sebelum mulai melangsungkan prosesi pernikahan. Informasi ini juga perlu disikapi secara dewasa bukan justru menjadi alat untuk menyalahkan orang lain, apalagi sampai menjadi penyebab munculnya permusuhan antara dua keluarga.
Discussion about this post